Langsung ke konten utama

EMBAHKU, IBUKU



*****************************************
Sedekat apa hubungan kalian dengan embah?
-
Sosok embah dihidupku hampir lebih utama dibanding orang tua. Orang tuaku jauh. Sesekali saja mereka menjenguk. Sedih? Pasti. Tapi orang tuaku lebih tahu apa yang harus dilakukannya. Semua demi kebaikan anak-anaknya. Aku bersyukur. Embah tak hanya seorang nenek, tapi seorang ibu. Tidurku tak lepas dari dongeng legendarisnya. Do'anya membaluriku setiap saat. Ia senang menunjukkan kedermawanannya dihadapanku. Aku tahu itu sebuah nasehat yang tersirat. Nasehat untuk tidak menjadi kikir.  Nasehat untuk terus berbagi apapun keadaannya. Ketika menerima tamu, embah mengajariku menyuguhkan secangkir teh dengan benar. Mencium tangan orang yang lebih tua, memandang wajah ketika diajak bicara. Aku tahu, kesopan santunan sedang diterapkan padaku. Etika dan akhlakku dibentuk dari kebiasaan kecil itu. 
Embahku adalah Ilmu.
Hingga saat embah berpulang kepadaNya, aku begitu kehilangan. Malah bercampur penyesalan mendalam. Karena ada dua hal yang belum bisa aku hadiahkan semasa hidupnya. Lulus dan menikah. Tapi semakin lama aku sadar bahwa dua hal itu pelengkap kebahagiaannya saja. Bahagia karena melihat cucunya bahagia. Namun ada yang lebih bernilai dan berharga, yaitu ketika aku bisa membuang tinja, menyuapi, menyuguhkan minuman setiap pagi, menyiapkan makan, mengajak jalan-jalan, mengantarkan kemanapun, mengkhawatirkannya, apa lagi mengamalkan petuahnya dan hal lain yang membuatnya merasa beruntung. Beruntung karena banyak sekali orang tua diluaran sana yang tidak mendapat perlakuan selayaknya. Seharusnya diusia senja mereka sudah berhenti bekerja. Bekerja untuk materi maupun menggantikan tugas anak cucunya. Maka ironi sekali jika masih ada seorang renta membuat minuman dan makanannya sendiri. Disinilah seharusnya anak cucu merasa gagal berbakti. Sadarlah betapa egois diri kita, mengertilah betapa angkuhnya hati kita, pahamilah betapa orang tua kita hanya ingin disayangi. Mereka tidak meminta. Hanya berangan saja. Itupun jika diberi. Jika tidak, maka diam menjadi andalan. Duduk sendiri sambil menunggu saat tiba. Menerima apa yang menjadi suratan takdirnya.
Lalu, bagaimana dengan kita? Maukah menemani penantian singkatnya? Mengobrolkan sesuatu yang mampu menghilangkan kejenuhan disela kecemasannya?
Sebelum Tuhan merenggutnya, temani ia sepenuh hati. Mereka tak butuh apa-apa selain sentuhan keikhlasan. Karena setelah merek tiada, kata maaf hanya menjadi airmata.
# Anak kita akan mencontoh akhlak Ayah ibu mereka pada orang tua.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sajen

SESAJI ============================== Ditulisan kali ini, aku tidak ingin membahas makna filosofis sesajen dari pandangan culture jawa maupun mitologi ya, karena aku bukan ahlinya ahli, intinya inti😁. Terlebih jika membahas hukum syari'atnya, hummmm pasti lain ceritaku. Sekali lagi, ku tak sanggup!!!. Jelas lah aku belum mampu membuat riset dan menjadikannya sebuah essay. Jadi cukup menceritakan eksperimen sederhana saja. 😊 . Alhamdulillah aku hidup disebuah desa yang masih lekat dengan budaya kejawennya. Ritual sesaji juga sepertinya masih berlangsung sampai sekarang. Hanya tidak seintens dulu. Nah ini yang aku tunggu. Sa jen. Aku mengintai lewatnya seorang pria dari kaca ruang tamu. Ia bernama mbah Suprat penyunggi sesaji. Begitu terlihat semakin dekat, aku memasang posisi maraton bersama teman-teman sebayaku. Kami langsung menyerbu isi tampah milik lelaki paruh baya itu. Mbah Suprat menyambutnya dengan senyum lebar nan ramah, lalu menurunkan tampahnya sampai ping...

🐾 CARI danTAU 🐾

                    CARI dan TAU  Membaca bagian dari mengingat tapi menelaah bagian dari lalai .  Bersyukurlah atas ketidak puasan. Berterimakasihlah pada kerakusan. Sebab berkat dua hal itu manusia menikmati sensasi kehausan. Orang yang tidak berfikir merasa cukup hanya membaca kata "Bacalah". Menyudahi dengan mengabaikannya. Namun manusia berakal akan mengembangkan makna kata tunggal itu. Dia akan mencari kemungkinan-kemungkinan dengan segala macam tafsiran. Tidak cukup. Dia akan melebarkan tafsiran-tafsiran itu ke berbagai persepsi. . Sekian..πŸ˜‹✌️