Assalamu’alaikum
Wr.Wb..
Hai
writers, apa kabar tulisanmu hari ini? Selancar kereta api atau semacet
kendaraan dijakarta? Bagaimanapun keadaannya, jangan berhenti menulis hanya
karena kehabisan ide-ide cerita ya..Sekarang sudah bukan jamannya bingung
mencari trik-trik menulis lho, karena ada sebuah kitab yang akan menyihir
tulisanmu jadi sebaik Andrea Hirata.. 👧
Langsung
saja kita bedah kitab penyihir aksaranya ya writers...
Kitab Penyihir Aksara
Penulis : Brili Agung
Kapan terakhir kali kamu membaca tulisan yang mampu menggetarkan dan memaku pembacanya? Jika kamu masih ingat, apakah kamu masih mau tulisanmu mempunyai efek yang sama?
Apa?!😨 Hati kecilmu masih
berkata.
“Saya tidak percaya
diri untuk mempublikasikan tulisan saya”
“Saya tidak punya bakat
menulis”
“Teman-teman saya
bilang tulisan saya jelek”
“Saya tidak kreatif,
buktinya setiap mau nulis selalu di awali dengan kata ‘pada suatu hari’ ”
Bebaskan jemarimu
menari, tuangkan apa yang selama ini bergelora dipikiranmu. Siapapun kamu,
apapun latar belakangmu, percaya deh, kamu dapat menulis dan menerbitkan sebuah
karya. Paling tidak, satu karya selama masa hidupmu.
“Tapi saya tidak tahu
mau mulai dari mana. Saya tidak tahu tekniknya”
Memang, semua yang kamu
butuhkan untuk jadi penulis yang mempunyai karakter kuat ada di buku ini.
Namun, tanpa bantuan sebuah tekad yang kuat dari dalam hatimu, semua mantra
dalam buku ini hanya sebatas ilmu pengetahuan belaka. Apa guna buku mantra dan
tongkat sihir, tanpa penyihir yang yakin dan penuh percaya diri? Saat ini, kamu
lah penyihir itu. Kamulah yang akan membuat buku ini hidup. Hidup di
karya-karya bestseller kamu selanjutnya.
Jadi jawab pertanyaan
berikut dengan lantang “APAKAH KAMU SIAP MENJADI PENYIHIR AKSARA??”
Jangan pernah takut
jelek! Menulislah tanpa memikirkan benar atau salah. Menulislah untuk meredam
gejolak jiwamu. Hanya itu tujuannya. Siapa tahu, setelah beberapa waktu,
terpikir olehmu untuk menawarkan tulisanmu ke penerbit. Jika penerbit menerima
naskahmu, bukankah itu menyenangkan? Jika tidak menulislah lagi. Semakin sering
menulis, semakin kamu terlatih. Seperti pisau. Semakin di asah semakin tajam.
Kondisi mental
orang-orang yang terbiasa mengekspresikan emosi atau unek-uneknya melalui
menulis itu lebih stabil dibandingkan dengan orang-orang yang tidak biasa
menulis. Jadi, dengan menulis sebuah buku, hormon-hormon didalam tubuhmu akan
bekerja mengurangi stress yang negatif. Menulis adalah sarana untuk mencapai kebahagiaan.
Mereduksi stress dan membuat wajahmu lebih cerah
Ketika kita menulis suatu
pengetahuan atau kebaikan, kita tak pernah tahu ada berapa orang diluar sana
yang diam-diam tersenyum, menangis, atau terinspirasi. Setitik ilmu yang
mungkin kita anggap biasa saja, mampu membuat perubahan besar bagi orang-orang
diluar sana. Lalu dengan apa mereka membalas kita? Apalagi yang lebih berharga
selain do’a yang tulus? Semakin kita dibanjiri do’a, semakin kaya hati kita.
Kita tidak pernah tahu, do’a siapa yang akan dikabulkan. Namun, semakin banyak
do’a yang dikumandangkan, semakin besar pula peluang untuk dikabulkan.
Seorang
Penulis yang Baik, Pastilah Pembaca yang Baik
Dengan menjadi penulis, mau tidak
mau kamu dipaksa harus membaca banyak tulisan dan buku. Itulah yang membuat
dirimu menjadi seorang yang kaya imajinasi. Memang analogi saat kita membaca itu
kita sedang menuang ilmu dalam kepala kita itu benar. Semakin banyak membaca,
akhirnya tumpah juga kedalam tulisan. Semakin menulis, akibatnya semakin haus.
Semakin gila lah membaca. Orang yang kaya imajinasi takkan pernah kehabisan ide
dan sumber daya untuk melahirkan peluang baru. Dan menulis otomatis menjadikan
kita sebagai orang yang kaya imajinasi.
Rahasia seorang
penulis mendapatkan uangnya :
1. Jika kamu menulis buku yang
diterbitkan major publisher.
Major Publisher adalah penerbit
besar yang bukunya sudah bertengger di toko buku nasional. Sebut saja penerbit
Gramedia, Mizan, Gagas Media, Agromedia, dll
Untuk menerbitkan karyamu
dipenerbit tersebut, memang perlu usaha ekstra. Karena kamu tidak perlu
membayar sepeserpun dalam proses penerbitan dan pendistribusian bukumu. Mereka
memiliki sistem seleksi yang ketat terhadap naskah. Naskah yang masuk akan
diseleksi secara seksama. Major Publisher menelaah dari sudut pandang bisnis
dan investasi. Ibaratnya mereka adalah investor yang siap untung dan rugi
karena menerbitkan bukumu.
2.
Jika
kamu menulis buku yang diterbitkan melalui Self-Publishing.
Berbeda dengan Major Publisher,
menerbitkan buku melalui Self-Publishing tidak perlu seleksi. Sudah pasti
terbit tanpa proses yang berbelit-belit. Asik? Pastinya..
Sebab, pada Self-Publishing kamu
yang harus membiayai sendiri proses penerbitannya. Mulai dari desain, tata
letak, dan percetakan. Banyak sekali Self-Publisher sekarang ini. Bebebrapa
yang tenar yaitu Delta, Saputra, Nulisbuku, Gramediana, dsb.
Selain itu, tanggungjawab
penjualan sepenuhnya juga ada ditanganmu. Kamu yang mendistribusikan sekaligus
memastikan stok bukumu habis terjual. Wah kelihatannya agak repot. Tidak sampai
kamu tahu hitung-hitungan dari proyeksi labanya.
3.
Jika
dari CO-Writer And Ghost Writing Project
Secara umum, keduanya memiliki
job desc yang sama, yaitu menuliskan buku orang lain. Namun, CO-Writer memiliki
hak untuk mencantumkan namanya dalam buku yang di tulis sebagai CO-Writer. Gosh Writer, untuk kepentingan klien, nama
penulis sepenuhnya hak dari klien. Ghost writer tidak boleh mempublikasikan
kepada khalayak bahwa ia yang menuliskan buku kliennya.
Asah Otakmu dimana saja, kapan saja!
Jika kamu pernah merasakan momen
ketika idemu menjadi kering dan tak tahu harus menulis apa dan mulai dari mana.
Membaca adalah solusinya!. Menurut Ismail Marahimin, sastrawan, penulis Dan
Perang Pun Usai, membaca bagi penulis ibarat tenaga dalam bagi seorang
pendekar. Banyak membaca akan membuat kita menjadi seorang well-rounded man,
seorang yang serba tahu. Dan itu mutlak dibutuhkan oleh seorang penulis.
Menulis adalah proses memberi atau menuangkan. Apa yang akan kita tuang jika
kita tidak memiliki apa-apa untuk dituang?.
Asah Tongkat Dimana Saja Kapan
Saja
Penyihir akrab dengan tongkatnya.
Sebuah senjata yang kemana pun ia bawa.Tongkat pada penyihir aksara adalah
peralatan menulisnya. Berikut daftar tongkat bagi para penyihir aksra.
1. Ballpoint
2. Buku kecil
3. Gawai (gadget)
Ketiga
tongkat itu harus kamu bawa kemanapun kamu pergi, selalu stand by di tasmu.
Coba kita bayangkan sebuah kejadian berikut, yang jamak terjadi.
Kamu
sedang berkendara. Ketika berhenti di lampu merah, tiba-tiba ada sebuah ide berkelebat
dikepalamu. Tanpa diundang, itu hinggap begitu saja. Namun, saat berada
dikondisi yang ideal untuk menulis dan ingin menuliskan ide tadi, kamu
tiba-tiba tak tahu kemana rimbanya. Hal tersebut tidak akan terjadi bila kamu
siapkan tongkatmu di mana pun dan kapanpun.
Cuma niat. Itu dahulu!
Setiap penulis sehebat apapun dia, tidak pernah hanya ongkang-ongkang kaki diteras rumahnya, menunggu didatangi ide luar biasa. Ia tetap harus memancing datangnya gagasan itu, menagkap, dan mengembangkannya. Menulis apasaja ketika sedang tidak punya ide sebenarnya adalah salah satu cara untuk memancing datangnya ide. Prinsip penulis itu harus tetap berjalan dalam kondisi apapun. Mengapa harus berhenti menulis hanya karena sedang puyeng atau terkena masalah?Mengapa berhenti menulis hanya karena sedang tidak punya ide?
Seburuk apapun mood mereka, mereka harus tetap menjalankan tugasnya! Oleh sebab itu, yang diperlukan sesungguhnya hanya action. Oke?
Satu, dua, tiga, menulis sekarang juga!!Menulislah sejelek mngkin. Artinya menentang kesempurnaan. Namun ingat! Segala sesuatu, sejelek apapun itu lebih baik dari pada tidak sama sekali. Ya. Dengan draft yang jelek, kita punya kesempatan menyulapnya menjadi lebih baik.
“Tapi kan aku ingin tulisanku bagus biar bisa dinikmati banyak orang”
Sungguh itu niat semulia-mulianya niat. Justru itu esensi menulis sesungguhnya dari menulis. Mendekatkan sedekat mungkin karya kita pada pembaca. Dan ingat semua ada prosesnya. Tidak ada tulisan yang sempurna tanpa melewati proses terlebih dahulu. Menulis jelek dan menentang kesempurnaan membuatmu terhindar dari rasa tegang yag tidak penting. Terbebas dari beban-beban ekspetasi yang menyumpal benakmu. Beban itulah yang membuatmu tersendat hingga ujungnya nihil hasil. Relaks dan jadikan dirimu lebih enteng dalam mengayunkan tongkatmu.
Menulis tidak dapat diceraikan dengan linguistik karena termasuk salah satu bentuk kecerdasan linguistik. Meskipun demikian, akhir-akhir ini banyak pakar yang berpendapat bahwa menulis ternyata melibatkan semua tipe kecerdasan manusia. Menurut Gorys Keraf “Semakin banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak pula ide atau gagasan yang dikuasainya dan yang sanggup diungkapkannya”.
Dengan keluasan kosakata yang dimiliki itu pula, seseorang dapat lancar berkomunikasi. Oleh sebab itu paling tidak, penulis harus rajin-rajin membuka kamus dan senantiasa mengikuti perkembangan bahasa. Jika kita kebetulan mengambil segmen remaja, tentu saja kita harus menyesuaikan beberapa jargon dan bahasa mereka. Tujuannya tentu saja agar semakin mendekatkan kita pada pembaca buku kita. Apalagi jika kamu ingin menjadi seorang penulis fiksi. Adakalanya, kamu harus memenuhi tuntutan kearifan lokal, terutama jika cerita kamu berlatar belakang daerah tertentu. Walaupun tidak harus secara khusus mengambil kursus bahasa setempat, paling tidak, kamu mengerti sepatah dua patah kalimat bahasa daerah itu. Percayalah, itu akan sangat membantu mengembangkan karyamu.
Saya
sendiri merasa gagal jika dalam satu kalimat terdapat dua kata yang sama atau
berulang. Solusinya adalah saya harus mencari padanan kata untuk salah satunya.
Dua kata dalam satu kalimat merupakan kemubadziran dan penanda ceteknya bank
kosakata yang kita miliki. Untuk itu, kapanpun saya menulis, ada beberapa
website yang selalu saya buka antara lain :
Biarkan Dunia Tahu (Online)
Media sosial, sudah mengubah banyak sekali tatanan interaksi sosial saat ini. Efek domino pun terjadi. Disinilah penyihir aksara baru memiliki kesempatan. Kesempatan untuk membuat dunia tahu tulisannya. Siapa yang tidak kenal Raditya Dika? Sosok fakir asmara yang begitu fenomenal menghantui jagad media sosial itu pun mengawali karir penulisannya dengan jalan serupa. Bagi calon, atau kamu yang sudah menjadi penulis, menulis diranah maya adalah suatu keharusan. Membangun kedekatan emosi dengan pembaca menjadi poin paling penting.
Jika saya rajin menulis onlline, saya yakin kamu pun bisa. Apalagi sekarang banyak aplikasi yang sangat suport kegiatan menulismu. Kenal Wattpad dan Storial? Saat ini banyak penerbit yang berburu karya di apliksi tersebut. Salah satu yang paling venomenal adalah novel Dear Nathan yang menjadi novel Best Seller di toko buku karena sebelumnya hits di Wattpad. Satu prinsip yang pasti ketika kita ingin mendapatkan hasil maksimal saat menulis di blog atau media online.
Berapapun
usiamu, dekatkan dirimu dengan pembacamu melalui bahasa. Salah satu tugas
penyihir aksara adalah melestarikan bahasa persatuan kita: Indonesia.
Media sosial, sudah mengubah banyak sekali tatanan interaksi sosial saat ini. Efek domino pun terjadi. Disinilah penyihir aksara baru memiliki kesempatan. Kesempatan untuk membuat dunia tahu tulisannya. Siapa yang tidak kenal Raditya Dika? Sosok fakir asmara yang begitu fenomenal menghantui jagad media sosial itu pun mengawali karir penulisannya dengan jalan serupa. Bagi calon, atau kamu yang sudah menjadi penulis, menulis diranah maya adalah suatu keharusan. Membangun kedekatan emosi dengan pembaca menjadi poin paling penting.
Jika saya rajin menulis onlline, saya yakin kamu pun bisa. Apalagi sekarang banyak aplikasi yang sangat suport kegiatan menulismu. Kenal Wattpad dan Storial? Saat ini banyak penerbit yang berburu karya di apliksi tersebut. Salah satu yang paling venomenal adalah novel Dear Nathan yang menjadi novel Best Seller di toko buku karena sebelumnya hits di Wattpad. Satu prinsip yang pasti ketika kita ingin mendapatkan hasil maksimal saat menulis di blog atau media online.
Seorang penyihir aksara
bukan sosok yang kaku dan tertutup. Ia adalah sosok yang selalu terbuka. Kata
Rhenald Kasali, seorang manager harus memiliki kadar OCEAN
Mengubah
Tulisan Menjadi Buku Dengan Tiga Ramuan
O
: Open to Experience (Keterbukaan pemikiran, terutama untuk hal-hal baru)
C
: Conscientousness (Keterbukaan hati dan telinga)
E
: Extroversion (Keterbukaan diri terhadap orang lain)
A
: Agreeablesess (Keterbukaan terhadap kesempatan)
N
: Neuroticism (Keterbukaan terhadap tekanan-tekanan)
Dan,
seorang penyihir aksara juga seorang manajer. Penyihir Aksara mengolah
kata-kata, mengelola emosi pembaca, dan mengelola ilmu hingga terbentuk susunan
kata yang sistematis. Salah satu cara membuat kita terbuka adalah kesenangan
untuk berdiskusi dan berinteraksi dengan orang lain. Senang berdiskusi akan
membantu kita melihat dari berbagai sudut pandang pemikiran alias tidak
berkutat pada subjektivitas yang pekat. Seorang penulis, menurut saya harus memiliki
hal tersebut. Subjektivitas sering membuat kita tidak berempati kepada orang
lain padahal banyak penulis besar yang karyanya meledak karena tulisannya
merupakan refleksi empati terhadap seseorang atau terhadap suatu keadaan.
“Apa
boleh mengambil ide orang lain? Nanti dituduh tidak orisinil lagi”
Sesungguhnya
tidak ada yang orisinil lagi didunia ini. Semuanya hanya pengembangan atau
pembuatan ulang dari ide yang sudah ada. Tidak percaya? Coba cek apa persamaan
dari tiga film ini.
Ø
Titanic
Ø
Romeo Juliet
Ø
Twilight
Ya. Betul sekali! Kisah
cinta antara dua orang yang berbeda dengan segenap konfliknya. Yang membedakan
tiga film itu adalah tokoh, setting, dan gimmic-nya. Kesimpulan ceritanya?
Sama. Tapi apakah belakangan yang muncul disebut plagiat? Tidak! Justru
diapresiasi karena kretaivitas pengembangan idenya. Sepintar-pintarnya seseorang
mengeluarkan gagasan, jika tidak diabadikan, maka sama seperti orang biasa.
Jika datang suatu masa
ketika kamu betul-betul buntu. Hanya untuk mengawali tulisan kamu dengan satu
kalimat pertam saja, kamu masih merasa belum mampu, saya dapat tunjukan
bagaimana solusinya. Sebuah solusi yang bisa siapa saja mempraktekannya.
Pakai kalimat pertama
yang ditulis penullis lain. Berikut langkahnya :
Ø
Ambil beberapa buku yang selama ini kamu
sukai atau penulisnya kamu kagumi. Penulis yang baik selalu memikirkan kalimat
pertamanya dengan seksama
Ø
Baca dan perhatikan kalimat pertama yang
menarik perhatianmu. Tulis ulang pada catatanmu. Buat daftarnya lebih dari satu
sebaik-baiknya, jika perlu.
Ø
Setelah selesai, tutup buku atau novel
yang kamu pakai. Letakkan dan kembali fokus pada tulisanmu.
Ø
Pilih satu kalimat pertama yang sudah
kamu tulis ulang. Lalu lanjutkan kalimat itu sesuai versimu sendiri. Tulis
sepanjang yang kamu mampu.
Ø
See? Kamu sudah berhasil mengembangkan
tulisanmu sendiri dengan meminjam kalimat pertama penulis lain.
Ø
Hapus kalimat pertama penulis lain, dan
ganti dengan versimu sendiri.
Ø
Simpan daftar kalimat pertama yang sudah
kamu tulis, dan gunakan itu sewaktu-waktu kamu butuh rangsangan lagi.
Hal itu membuktikan
bahwa setiap orang memiliki dunia yang berbeda. Meminjam kalimat pertama
penulis lain hanyalah sarana untuk memancing dunia itu agar lebih mudah
dituangkan dalam tulisan. Kalimat pertama yang kuat akan menentukan kuatnya
sihir pada aksara-aksara selanjutnya dan tulisanmu.
@ Premis
Premis menyelamatkan kita dari menulis percuma. Premis berasal dari kata
promise, yaitu sebuah janji. Janji
apa yang ingin penulis berikan kepada pembaca. Premis adalah intisari
cerita/pembahasan dalam satu kalimat saja. Lalu bagaimana cara membuatnya?
Premis non fiksi=Jenis Naskah +
Tujuan+Hasil
Ket : Jenis naskah,
adalah apa jenis naskah non fiksimu. Tutorial, kumpulan kisah, atau kumpulan cerita.
Sedangkan tujuan, adalah untuk apa dan siapakah bukumu.
Premis Fiksi=Karakter Utama + Tujuan +Halangan
Ket : Karakter utama,
adalah siapa karakter utama dalam naskahmu.
Bisa general, tapi jangan terlalu general. Mislanya lelaki atau
perempuan, siswa SMA atau lainnya. Sedangkan tujuan, adalah apa tujuan karater
utamamu. Apa impiannya atau kekurangan yang ingin diperbaiki. Tujuan yaitu
tentang goals si karakter utama di akhir cerita. Kemudian halangan, adalah
sesuatu yang menghambat si karakter utama. Apa yang menjadi penghalang utamanya
dalam mencapai tujuan.
@ Mindmapping
Aturan dalam membuat
mindmap adalah : “Jangan Batasi Apa yang Muncul Untuk Ditulis Sebagai
Pengembangan Mindmap” Tulis! Jangan pikirkan dulu nyambung atau nggak-nya.
Lupakan dahulu urutan-urutannya. Bebas dan tulis.Untuk membantumu, gunakan 5W + IH
: WHY, WHAT, WHEN, WHERE, WHO, dan HOW.
Mulai Mindmap-mu dari
pusatnya, yaitu premis. Yap, jadikan premismu sebagai INTI dari mindmap mu.
Saya gunakan https://www.mindmap.com/
untuk membuat mindmap. Gratis dan
mudah.
@ Outline
Ø Outline Non-Fiksi
Bagi
saya, membuat outline non-fiksi jauh lebih mudah daripada membuat outline
fiksi. Namun, outline Non-Fiksi memiliki banyak variasi.Ada tiga ramuan penting
dalam membuat outline non-fiksi, yaitu WHY, WHAT, dan HOW. Ketiganya memiliki
urutan yang pasti.
1.
WHY Ini adalah bagian diawal naskah.
Bagian yang kadang orang sepelekan sehingga kadang langsung melompat ke bagian
WHAT. Dari segi arti, WHY secara harfiah adalah “mengapa” dan memang bagian why
itu membahas tentang.
Mengapa tulisan ini penting saya tulis? Dan Mengapa
tulisan ini penting untuk dibaca?
2.
WHAT membahas tentang “apa” segala sesuatu
yang berhubungan dengan Definisi, Prinsip, dan Sejarah.
3.
HOW TO adalah ramuan pamungkas. Jika
dibagian WHY kamu memberikan pembaca kegelisahan, dibagian HOW TO kamu berikan
pembaca obatnya. Bagian HOW TO membahas
tentang BAGAIMANA CARANYA?
Kamu bisa pakai rumus
SAH. Adalah sebuah singkatan Situasi Aksi Hasil. SAH adalah komponen utama
sebuah cerita. Jika kamu menuliskan sebuah cerita dengan rumus ini, saya bisa
pastkan ceritamu pasti menarik dan lengkap. Ingat! Cerita non fiksi fokusnya
pada hikmah cerita. Harus tuntas agar bisa diambil hikmahnya oleh pembaca.
Ø
Outline Fiksi
Kesalahan yang
seringkali dilakukan oleh penulis pemula adalah untuk langsung menulis tanpa
membuat outline alur ceritanya. Mereka merasa bisa menulis novel atau skenario
film hanya karena sudah tahu premis ceritanya. Lantas, yang terjadi justru
begini. Mereka menulis dan menulis hingga sampai ditengah cerita kebingungan,
lalu akhirnya membuat permis baru, langsung menulis cerita baru, dan hal yang
sama terulang kembali. Begitu terus berkali-kali.
Dalam dunia
kepenulisan, kami menamakan hal tersebut menjadi ACT 1: introduksi, ACT 2:
aksi, ACT 3: konklusi.
Berikut penjelasannya.
ACT 1 : Dalam babak
pertama kita akan banyak melakukan introduksi atau memperkenalkan. Kita akan
memperkenalkan karakter. Kita akan mengenalkan problem karakter. Kita akan
memperkenalkan kehidupan karakter, cinta yang dimiliki, dan lain-lain.
ACT 2 : Isi babak kedua
adalah aksi yang terjadi, kegiatan yang karakter utama lakukan untuk mencapai
tujuannya. Babak ini memakan banyak bagian dalam cerita dan bagian cerita yang
paling gemuk. Didalam babak ini, karakter utama dibantu dengan karakter lainnya
akan mencoba untuk membantu mengatasi problemnya.
ACT 3 : Isi dari babak
ini adalah konklusi. Dibabak ini, kita akan tahu apakah karakter utama bisa
mencapai tujuannya (good ending) atau gagal dalam meraih tujuannya (bad
ending). Dalam ending yang ideal, karakter utama akan memilih apa yang ia
butuh, bukan yang ia mau.
Membuat Tulisan
Bernafas, Berbicara, dan Jalan-jalan.
Membuat tulisan menjadi
lebih bernyawa, itulah salah satu tugas Penyihir aksara. Lebih dari sekedar
bernyawa, tulisan yang disihirnya pun mampu bernapas, bicara, dan jalan-jalan
dibenak pembaca. Dan inilah cara untuk membantumu menyempurnakan, mengasah, dan
menyihir tulisanmu. Gunakan perangkat ini :
Dinegara lain, ini
disebut thesaurus. Sebuah kamus dan direktori sinonim sebuah kata. Ini adalah
alat paling ampuh untuk membuat kalimatmu semakin efektif dan tidak
membosankan. Ingat, sebuah kalimat dinyatakan tidak seksi ketika ada dua kata
yang sama persis dalam kalimat tersebut. Solusinya? Agar kalimatnya tidak
berubah, kita bisa manfaatnkan sinonim kata untuk membantu kita mencari padanan
kata lainnya. So, kalimatmu tidak akan terdengar “boring” atau “miskin”.
Gunakan kutipan atau
quote. Kutipan itu menarik secara visual. Pembaca, ingin melihat kutipan dalam
tulisanmu. Mereka menginginkan dialog karena dialog hidup itu hidup.
Menggunakan kutipan merupakan salah satu cara untuk memasukkan dialog (atau
sesuatu yang mirip dialog) ketulisanmu.
Ada tiga rahasia ketika
kamu mencari sebuah kutipan yang seksi.
1.
Pendek (isi kalimatnya ringkas, tetapi
padat)
2.
Relevan (Berkaitan dengan maksudmu)
3. Dibuat
oleh orang yang dikenal kebanyakan pembaca (seleberitas, motivator, pengusaha,
atau tokoh, seperti Frank Sinatra atau Pramoedya Ananta Toer).
Membuat Judul Yang Menyihir
Kamu pasti membutuhkan
setidaknya satu judul utama pada bukumu. Tapi, kamu juga akan membutuhkan
judul-judul disepanjang isi tulisanmu. Sub judul turut menyampaikan pesan,
mempertahankan perhatian pembaca, dan terus menyihir pembaca. Bisa dari
setting. Berarti tempat atau waktu. Konflik utama dalam cerita juga menjadi
sesuatu yang menarik untuk ditonjolkan. Konflik ini bisa berupa tragedi atau
masalah besar.Atau mungkin bisa mengambil nama tokoh. Bisa juga memberikan
judul novelnya dengan misteri dengan satu tujuan. Membuat calon pembaca
penasaran. Terakhir adalah simbol dan cirikhas.
Meng-Edit
Kapan
kamu bisa dikatakan selesai mengedit?
Kapan
kamu tahu bahwa tulisanmu sudah cukup bagus?
Saya
tidak tahu. Saya tidak yakin ada yang tahu.
Berdasarkan
apa yang saya lakukan selama ini adalah, saya melakukan pekerjaan saya sebaik
mungkin, memeriksa apa saya sudah mencapai sasaran (menyelesaikan apa yang saya
mulai) lalu segera mengirimkan tulisan itu. Pertimbangkan apa yang Albert
Einstein katakan “Segala sesuatu harus dibuat sesederhana mungkin, tapi jangan terlalu sederhana”
Kamu
bisa membayangkan duduk di meja kerjamu dan ada puluhan naskah menumpuk yang
harus kamu riview satu persatu. SE-TI-AP-HA-RI Jadi, memang persaingan menembus
major publisher itu ketat, JENDRAL! Sekali naskah kamu tidak menarik editor,
maka naskahmu tidak akan ditindak lanjuti untuk dicetak. Nah, untuk
mengantisipasi itu, kita permak dulu naskah kamu.
Berikut
saran saya bagi penulis pemula untuk naskahnya.
Jenis
Huruf : Calibri
Ukuran
Huruf : 12 pt
Spasi
Paragraf : 1,15
Margin : Standar
Ukiran
Halaman : A4
Jumlah
Halaman : Minimal 100
Jangan
pernah sekali-kali berpikir untuk mengirim lewat email. Kemungkinan tidak
terbacanya sangat besar. Dan banyak alasan lainnya yang membuat mengirim naskah
pertama lewat email menjadi tidak menguntungkan untuk penulis dan penerbit.
Mencari
Penerbit yang Cocok.
Jadi,
mencari penerbit juga ternyata sama seperti mencari jodoh. Harus benar-benar
cocok dan klop dengan kriteria naskah kamu. Jika naskah kamu adalah mengincar
segmen remaja dan sarat komedi, tidak pas jika mengirim ke elex media. So,
tugas kamu selanjutnya adalah main ke toko buku dikotamu. Cari buku-buku yang
senada dan sewarna dengan bukumu. Maksudnya senada dan sewarna adalah genre nya
sama lalu juga tidak berbeda jauh. Nah, setelah menemukan buku yang seperti itu
lihat cover bagian belakang. Dipojok kiri bawah ada info tentang penerbit.
Jika
Anda membutuhkan solusi agar buku anda bisa segera terbit, Brili Agung bisa
dikontak di
Instagram :
@briliagung
HP/WA :
087860751356
ᴥαᴥαᴥ
Nah,
bagaimana? Sudah siap meluncurkan karyamu kan? Semoga bermanfaat ya writers?
Semoga rivew ini menjadi pengantar naskahmu kepenerbit. 👧
Komentar