Saya ingin menuliskan kebodohan yang kelewat batas disini. Tentang bahasa yang belum jelas. Tentang bicara yang tidak tertata. Tentang semua omong kosong yang nyaring bunyinya. Semua gembar gembor opini belakangan ini, keluar dari kedangkalan berfikir dan kelancangan berpendapat. Dan apapun yang saya keluarkan tidak lain hanyalah SAMPAH. Kenapa? Karena saya hanya menulis tanpa menelaah. Saya menjudge tanpa meneliti. Saya mengkritisi tanpa mendalami. Saya berdebat tanpa dasar-dasar yang kuat. Namun, semenjak saya mawas diri, disitulah saya semakin sadar apa yang saya tuangkan adalah air limbah. Dari sini saya lebih banyak membaca. Semakin banyak mengenal karya hebat, semakin kerdil, namun semakin tergugah untuk membuntutinya. Siapa yang tidak tahu YB Mangunwijaya? Pahlawan kali code. Siapa yang tidak kenal Muhammad Aienun Nadjib?. Pemersatu dan pejuang demokrasi. Kemudian Tan Malaka, pemikir kritis dalam buku madilog' nya. Bagaimana pemikiran tajam Nurcholis Madjid. Ada juga coretan mantap Agus Sunyoto. Dan masih banyak literatour elite milik tokoh-tokoh mendunia. Tentu saja saya belum ada apa-apanya. Tetapi betapa pede'nya saya meyakini BENAR atas pengetahuan diri yang belum pasti.
Saya selalu ingat petuah KH. Mustofa Bisri "orang akan tetap pandai, selama dia terus belajar. Bila dia berhenti belajar karena merasa sudah pandai, mulailah dia bodoh". Kata ini cukup menghantam hati dan fikiran saya untuk terus membawa diri menyelam lautan yang begitu luas, agar mampu melihat keragaman didalamnya. Tidak hanya memandangi lautan dipermukaannya saja. Namun, dunia berfikir saya masih sesempit daun kelor. Semakin saya mencaritahu banyak hal, semakin sedikit yang saya dapat. Artinya, saat saya bangga akan satu hal, hal-hal baru mempermalukan saya dengan gamblangnya. Mentertawakan ketidaktahuan yang saya gadang-gadangkan. Tentu saja saya semakin berfikir dan bercermin. Meskipun cermin tidak dapat menunjukkan siapa seseorang, tetapi cermin berjasa dalam pencarian jatidiri melalui introspeksi.
Memang, otak manusia diberi batas kemampuan berfikir. Tapi jangan lupa! Tuhan menciptakan semesta, selebar akal dan hati manusia. Dengan begitu, manusia diberi kesempatan mengetahui berbagai hal semau dan semampunya. Sebab segala fasilitas sudah dipenuhiNya.
-
Tulisan ini sebagai dorongan diri untuk senantiasa melakukan AKSI PASTI.
Saya selalu ingat petuah KH. Mustofa Bisri "orang akan tetap pandai, selama dia terus belajar. Bila dia berhenti belajar karena merasa sudah pandai, mulailah dia bodoh". Kata ini cukup menghantam hati dan fikiran saya untuk terus membawa diri menyelam lautan yang begitu luas, agar mampu melihat keragaman didalamnya. Tidak hanya memandangi lautan dipermukaannya saja. Namun, dunia berfikir saya masih sesempit daun kelor. Semakin saya mencaritahu banyak hal, semakin sedikit yang saya dapat. Artinya, saat saya bangga akan satu hal, hal-hal baru mempermalukan saya dengan gamblangnya. Mentertawakan ketidaktahuan yang saya gadang-gadangkan. Tentu saja saya semakin berfikir dan bercermin. Meskipun cermin tidak dapat menunjukkan siapa seseorang, tetapi cermin berjasa dalam pencarian jatidiri melalui introspeksi.
Memang, otak manusia diberi batas kemampuan berfikir. Tapi jangan lupa! Tuhan menciptakan semesta, selebar akal dan hati manusia. Dengan begitu, manusia diberi kesempatan mengetahui berbagai hal semau dan semampunya. Sebab segala fasilitas sudah dipenuhiNya.
-
Tulisan ini sebagai dorongan diri untuk senantiasa melakukan AKSI PASTI.
Komentar