Ngobrol seputar baca-membaca adalah bahasan yang tidak membosankan bagi saya. Pernah mendengar bacaan adalah style?. 😋
Bagi mereka pemilik naluri kuat membaca, biasanya mudah membedakan, mengkritisi, membandingkan atau meresensi jenis bacaan yang sesuai. Rasakan saja ketika sedang membaca sinopsis sebuah buku, dia tergerak menilai kesesuaian topik dengan kriteria bacaannya. Pecinta teenlit misal. Biasanya, pembawaan dirinya emosional dan melankolis.
Seperti namanya teenlit (teen literatour). Banyak mengangkat dunia remaja. Jangan heran, jika mayoritas peminatnya adalah remaja belasan---dua puluhan tahun, dengan style nya yang 'gaul' dan ke english-englishan.
📖 Tetapi bagaimana jika dia mengalami masa pergantian genre bacaan??
Apa itu sebuah peningkatan?? 😮
Sebetulnya bukan masalah peningkatan. Itu hanya fase selera baca. Semakin dia terasah membaca, semakin dia tahu genre seperti apa yang lebih cocok saat ini. Meski dia masih setia dengan teenlit, dia akan lebih memikirkan type teenlit yang masuk dalam kriteria. Ide cerita yang lebih frash misal. Hehe..
📖Itu kan selera bacaan, terus hubungannya sama style apa? 😮
Nah, seperti yang kita tahu. Style adalah gaya. Style bisa berupa apa saja. Bisa dari segi berpakaian, dari segi berbicara, dari segi bahasa, atau sikap ber kehidupan. Kembali lagi pada pembaca teenlit. Dia akan menyetel dirinya seperti salah satu tokoh utama dalam cerita. Baik karakter, gaya hidup sampai cara bergaulnya dengan orang lain. Bahkan saat dia menuliskan sesuatu, dia cenderung menghindari bahasa serius. Sebab dia merasa ini bukan style bahasa nya (bukan gue banget). Berbeda lagi dengan pembaca non fiksi. Otaknya akan lebih bekerja fokus pada Ilmu pengetahuan dan Informasi. Dari style fashion hingga gaya hidupnya akan mengikuti orang-orang intelektual yang sering dia jadikan patokan. Hingga dalam menulis, dia akan banyak mengkritisi suatu hal yang diangkat dalam tulisannya. Ada juga yang paling umum terasa. Pembaca tulisan seputar Islami. Cara pandang kehidupannya cenderung Agamis. Kata- kata yang dia buat biasanya penuh nasehat dan syariat Islam. Cara mengatasi masalah pun lebih mengarah pada hati bukan logika.
📖 Kalau suka dengan segala jenis bacaan, apakah artinya dia tidak punya pilihan?😮
Bukan tidak punya pilihan, hanya saja dia butuh sesuatu beragam. Mencari jati diri dalam bacaan dan menentukannya sebagai patokan bukan perkara mudah. Bukan juga dia tidak punya pendirian, tetapi sebetulnya dia sudah mempunyai pilihan, namun lebih senang menjelajahi banyak hal untuk menambah pernak pernik dalam diri dan fikirannya. Secara alamiah, style yang dipengaruhi genre bacaan, biasanya tidak serta merta dapat dirasakan oleh diri sendiri, melainkan lawan bicara. Sehingga dia tidak tahu persis dimana posisinya. Namun, secara tidak langsung dia sudah menunjukkan karakternya pada orang lain. Piknik ke berbagai bacaan akan jauh lebih baik. Namun dengan catatan: pahami secara benar dan mendalam, sebab tidak semua yang kita baca sesuai dengan kesampaian berfikir. Jangan lupa juga diskusikan bacaan yang sulit terjangkau kepada ahlinya, agar tidak memandang berbagai hal dari satu sisi 🤗
Begitu kurang lebih opini saya mengenai *Bacaan adalah style*
Saya menyadari penuh bukan pembaca yang baik, Pemaham yang baik, dan penelaah yang baik. Tetapi jika saya memiliki sebuah keinginan untuk berbagi, maka saya selalu berusaha menjadi pemberi dan penerima yang baik 🙂🙂
🌎🌏🌐🌍🌎
Komentar