Langsung ke konten utama

Imajinasi dan Fakta


                     IMAJINASI dan FAKTA



Baiklah! kali ini aku mau sharing atau curhat atau rasan atau atau ke kalian 😬.
Masih seputar tulis menulis gaes. Tahan dulu mualnya ya, aku tahu kalian kekenyangan bahas-bahas begini. Tapi saiki bahasannya penuh dengan kemajuan. Versi, cewe iki (nunjuk diri) 😁
Nah dari diksinya aja udah keliatan beda tho? Nggak baku-baku amat kaya biasanya?. Anggep aja iyak ah!.
Jadi tuh, aku lagi bahagia aku tuh...
Dapet passion menulis yang sreg. Hebat nggak gue?πŸ‘πŸ‘πŸ‘
Iya'in aja dari pada gila.
Sebenernya menulis itu sama kaya hobi-hobi yang lain. Perlu feel yang pas. Kaya ketemu jodoh kalo udah klik, bawa adek kemana abang mau deh.....🀣
Kalo kita udah gitu sama type gagasan kita, otomatis feel kita bakal nuntun ke komitmen pola bahasan yang kita tentuin. Kalo pasangan hidup ya ke pelaminan lah. Eh.πŸ™Š
Mau model gimana aja arahnya ke situ. Jika terlanjur cinta mah dableg euy. Di pelencengin kemana juga ujung-ujungnya ntu. Mau kata pasangan kita burik, kalo udah hmmmmh... Ya bakal balik. Walaupun karya kita nggak masuk kriteria bacaan sebagian orang juga "ora popo". Terpenting jiwa kita ada di tulisan kita sendiri. Susah kan?
Bagiku enggak lah. Orang cuma ngomong doangπŸ˜‹πŸ€£πŸ€£πŸ€£
Etapi gaes, dalam mencari pasangan kita musti punya pertimbangan. Misalnya catatan kriminalnya nggak ada. Kalo dilihat secara umum aman-aman aja kan ngejalaninnya oke. Jauh dari pergunjingan dan ancaman broh.
Dalam menulis juga sama. Pertimbangannya naon? Yeh seenggaknya ber isi dan ber inti lah. Secara umum bisa diterima. Sekarang, udah cape-cape bikin naskah, rivew pembaca buruk sana sini. Cuma ditolak major label masih mending. Yang parah itu kalo di kartu merah sama dua-duanya. Lah. Emang ada?
Ada. Banyak.
Termasuk yang nulis πŸ™ˆπŸ™ˆπŸ™ˆπŸ™ˆ
-------
Maka dari itu gaes, kita perlu waktu bertahun-tahun belajar struktur kalimat yang bener. Ini aja masih aduh deh ampun. Acakadul begini. Apaan?😦
Cuma Alhamdulillah berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, sedikit demi sedikit aku bisa tentuin feel nulisku ada di topik apa.
Budaya, fenomena, kemanusiaan, pokoknya yang berbau sosial. Lebih enaknya sih di situ. Daripada romance, humor, atau horor, padahal digandrungi banyak pembaca ya? Hehe. Aku juga nggak ngarepin muluk-muluk. Lebih penting diakui sebagai bacaan "bener" dulu sama banyak orang. Di bandingin sama pemenang kompetisi literasi daerah/nasional aja masih 20% dari 100 nya. πŸ˜‚ Apa lagi sama yang onoh.hik hik.
Kesian nggak eyke?
Iya ya? Sinih kasih dana buat kelas menulis HA HA HA.
Yang udah tingkat dunia aja tanpa  ampun selalu mengasah diri kok. Apa lagi peng-enyong-an...??πŸ™„
Terus yang nggak berkesempatan mengenyam pendidikan kepenulisan?
Ya cari teman yang bisa kasih kita masukan. Sebenernya bukan cuma dalam kepenulisan ya, soalnya orang hidup harus menggunakan akalnya. Cuma dengan cara sharing miring (gila diskusi) aja kita bisa selalu ngasah karunia Tuhan. Sadar berfikir itu mewakili rasa syukur atas pemberianNya. Apalagi sampai menelaah segala ciptaanNya. Example nya begini. Banyak manusia mengerti akan hukum Tuhan tapi nggak paham akan hukumanNya. Hukum itu aturan, hukuman itu wujud kasih sayang. Bukan sebuah peng-azaban.
Leh kok jadi ke hukum-hukuman sih? Jauh amat yak?πŸ€”
Balik lagi deh balik. Tadi sampe mana? Passion menulis ya?
Okeh. Imajnasiku nggak bisa kerja sendirian. Dia harus bareng sama penelitian otentik.
Bagiku karya yang baik itu berkaitan sama fenomena nyata. Kalau sebelum nulis nggak meneliti dulu, gimana mau punya bahan??
Satu lagi. Banyak membaca!! Membaca pengaruhnya gede banget loh buat inspirasi ide-ide tulisan. Menulis dan membaca tuh kaya saudara kembar.  Contoh deh. Kita mau nulis tentang kelainan yang diderita anak tetangga. Kita cuma tau gejala dan tanda-tandanya aja. Pasti kita butuh search secara teoritis kan, buat memperkuat pernyataan kita? Siapa lagi kalo bukan karya klasik lokal dan dunia sumbernya?
Nah aku lagi latihan membuat fiksi berdasarkan ke outentikan data.
Biar fakta yang aku fiksikan lebih berkesan. Dulu aku mutlak mengandalkan imajinasi. Padahal minim. Ngekekekekek.
Okay, berhubung kita udah bahasin kiat-kiat menulis otentik, eh bukan. Ummmm.... " belajar menulis dengan fakta otentik" nah.
Ingat gaes, apapun yang diangkat dari kisah nyata hasilnya lebih maksimal dan original. Kalo kamu pengen bikin karya tanpa meneliti, imajinasikan secara realistis dong bray. Buat seolah-olah emang ada di kehidupan nyata.
-
Sekian curhat-curhatanku kali ini gaes.
Dadah....πŸ™‹πŸ™‹πŸ™‹
(Nytater motor, ke perpus)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sajen

SESAJI ============================== Ditulisan kali ini, aku tidak ingin membahas makna filosofis sesajen dari pandangan culture jawa maupun mitologi ya, karena aku bukan ahlinya ahli, intinya inti😁. Terlebih jika membahas hukum syari'atnya, hummmm pasti lain ceritaku. Sekali lagi, ku tak sanggup!!!. Jelas lah aku belum mampu membuat riset dan menjadikannya sebuah essay. Jadi cukup menceritakan eksperimen sederhana saja. 😊 . Alhamdulillah aku hidup disebuah desa yang masih lekat dengan budaya kejawennya. Ritual sesaji juga sepertinya masih berlangsung sampai sekarang. Hanya tidak seintens dulu. Nah ini yang aku tunggu. Sa jen. Aku mengintai lewatnya seorang pria dari kaca ruang tamu. Ia bernama mbah Suprat penyunggi sesaji. Begitu terlihat semakin dekat, aku memasang posisi maraton bersama teman-teman sebayaku. Kami langsung menyerbu isi tampah milik lelaki paruh baya itu. Mbah Suprat menyambutnya dengan senyum lebar nan ramah, lalu menurunkan tampahnya sampai ping...

EMBAHKU, IBUKU

***************************************** Sedekat apa hubungan kalian dengan embah? - Sosok embah dihidupku hampir lebih utama dibanding orang tua. Orang tuaku jauh. Sesekali saja mereka menjenguk. Sedih? Pasti. Tapi orang tuaku lebih tahu apa yang harus dilakukannya. Semua demi kebaikan anak-anaknya. Aku bersyukur. Embah tak hanya seorang nenek, tapi seorang ibu. Tidurku tak lepas dari dongeng legendarisnya. Do'anya membaluriku setiap saat. Ia senang menunjukkan kedermawanannya dihadapanku. Aku tahu itu sebuah nasehat yang tersirat. Nasehat untuk tidak menjadi kikir.  Nasehat untuk terus berbagi apapun keadaannya. Ketika menerima tamu, embah mengajariku menyuguhkan secangkir teh dengan benar. Mencium tangan orang yang lebih tua, memandang wajah ketika diajak bicara. Aku tahu, kesopan santunan sedang diterapkan padaku. Etika dan akhlakku dibentuk dari kebiasaan kecil itu.  Embahku adalah Ilmu. Hingga saat embah berpulang kepadaNya, aku begitu kehilangan. Malah bercam...

🐾 CARI danTAU 🐾

                    CARI dan TAU  Membaca bagian dari mengingat tapi menelaah bagian dari lalai .  Bersyukurlah atas ketidak puasan. Berterimakasihlah pada kerakusan. Sebab berkat dua hal itu manusia menikmati sensasi kehausan. Orang yang tidak berfikir merasa cukup hanya membaca kata "Bacalah". Menyudahi dengan mengabaikannya. Namun manusia berakal akan mengembangkan makna kata tunggal itu. Dia akan mencari kemungkinan-kemungkinan dengan segala macam tafsiran. Tidak cukup. Dia akan melebarkan tafsiran-tafsiran itu ke berbagai persepsi. . Sekian..πŸ˜‹✌️