Langsung ke konten utama

excess of forgiveness

          Beban berat manusia sebenarnya "konflik". Entah konflik sosial maupun konflik batin. Konflik sosial adalah perselisihan, perseteruan, perbedaan pendapat antar sesamanya. Konflik batin tentu kecamuk diri yang menyebabkan frustasi. Parahnya, bisa mengakhiri hidupnya sendiri. Konflik muncul ketika hak-hak atau jiwa seseorang terusik karena tindakan-tindakan tertentu. Sebagai manusia normal tentu hal ini sangat mengganggu ketenangan. Terkadang mereka melakukan cara-cara berlebihan demi menebus sakit hatinya. Bahkan tidak luput dari tindakan keji hanya karena ingin membalas perbuatan orang lain.
          Ada sebuah kutipan "marah itu api, dendam adalah bara nya" . Tapi apakah Tuhan tidak menciptakan penangkal? Tentu saja Tuhan mempersiapkan air untuk memadamkannya. Begitu juga dengan penyebab kerusakan hati yaitu hancurnya perasaan. Lalu bagaimana?
"MEMAAFKAN".  Memaafkan adalah semujarab-mujarabnya obat.
Sulit? Pasti!. Ingatlah! semakin mahal obat, semakin berkualitas, semakin baik reaksinya. Jika ingin hasil maksimal, maka lakukan proses dan prosedurnya secara maksimal juga. Menerima semua yang terjadi adalah prosedur utama. Dengan menerima, pengendalian diri akan muncul.
         Apa artinya, emosi tidak dibenarkan?
Bukan tidak di benarkan, hanya butuh dimaklumi. Luapkan saja emosi secara alami. Tak perlu menahan gejolak secara seketika. Biar berjalan sesuai keinginan emosional itu. Tetapi saat meluapkannya ada sesuatu yang harus diperhatikan. Fokuskan kemarahan hanya untuk permasalahan yang sedang terjadi. Bukan merencanakan pembalasan-pembalasan diatasnya kemarahan. Sebab pembalasan yang didasari oleh amarah, hanya akan menambah masalah baru.
Kalau sudah berhasil membuat sedikit penyesalan pada sikap emosional tadi, maka proses pengendalian diri akan lebih cepat. Menyadari bahwa tidak ada kebenaran mutlak di dunia ini. Semua manusia pernah melakukan kesalahan bahkan tanpa sengaja. Seseorang yang bersalah berhak mendapat kebijaksanaan dari orang yang didzolimi dan orang dzolim wajib memperbaiki kesalahannya.
           Bukankah kadar kesadaran akan kebijaksanaan seseorang berbeda?
Benar. Itu karena minat seseorang dalam melatih dirinya bijak dan berbesar hati juga berbeda. Bolehkah memberi pelajaran pada mereka yang menyakiti dengan pembalasan setimpal?
Silahkan. Tetapi pahami ayat berikut.

Allah berfirman dalam surat An-Nahl ayat 126 :
وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُواْ بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُم بِهِ وَلَئِن صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِّلصَّابِرينَ
Artinya :
"Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar"

         Jadi intinya, membalas bukan solusi terbaik. Jika belum mampu bersabar, maka diam adalah sikap yang tepat. Jangan keliru. Diam bukan berarti pasif. Tapi reaksi berfikir tenang untuk menemukan solusi. Minimal bertujuan menenangkan diri. 

*forgive! then life will calm down*

Percayalah!
إِنَّ الْقُلُوبَ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ يُقَلِّبُهَا

(Sesungguhnya hati itu berada di antara jari-jari Allah, Dialah yang membolak-balikkannya)
🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾 🌾🌾🌾🌾

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sajen

SESAJI ============================== Ditulisan kali ini, aku tidak ingin membahas makna filosofis sesajen dari pandangan culture jawa maupun mitologi ya, karena aku bukan ahlinya ahli, intinya inti😁. Terlebih jika membahas hukum syari'atnya, hummmm pasti lain ceritaku. Sekali lagi, ku tak sanggup!!!. Jelas lah aku belum mampu membuat riset dan menjadikannya sebuah essay. Jadi cukup menceritakan eksperimen sederhana saja. 😊 . Alhamdulillah aku hidup disebuah desa yang masih lekat dengan budaya kejawennya. Ritual sesaji juga sepertinya masih berlangsung sampai sekarang. Hanya tidak seintens dulu. Nah ini yang aku tunggu. Sa jen. Aku mengintai lewatnya seorang pria dari kaca ruang tamu. Ia bernama mbah Suprat penyunggi sesaji. Begitu terlihat semakin dekat, aku memasang posisi maraton bersama teman-teman sebayaku. Kami langsung menyerbu isi tampah milik lelaki paruh baya itu. Mbah Suprat menyambutnya dengan senyum lebar nan ramah, lalu menurunkan tampahnya sampai ping...

EMBAHKU, IBUKU

***************************************** Sedekat apa hubungan kalian dengan embah? - Sosok embah dihidupku hampir lebih utama dibanding orang tua. Orang tuaku jauh. Sesekali saja mereka menjenguk. Sedih? Pasti. Tapi orang tuaku lebih tahu apa yang harus dilakukannya. Semua demi kebaikan anak-anaknya. Aku bersyukur. Embah tak hanya seorang nenek, tapi seorang ibu. Tidurku tak lepas dari dongeng legendarisnya. Do'anya membaluriku setiap saat. Ia senang menunjukkan kedermawanannya dihadapanku. Aku tahu itu sebuah nasehat yang tersirat. Nasehat untuk tidak menjadi kikir.  Nasehat untuk terus berbagi apapun keadaannya. Ketika menerima tamu, embah mengajariku menyuguhkan secangkir teh dengan benar. Mencium tangan orang yang lebih tua, memandang wajah ketika diajak bicara. Aku tahu, kesopan santunan sedang diterapkan padaku. Etika dan akhlakku dibentuk dari kebiasaan kecil itu.  Embahku adalah Ilmu. Hingga saat embah berpulang kepadaNya, aku begitu kehilangan. Malah bercam...

🐾 CARI danTAU 🐾

                    CARI dan TAU  Membaca bagian dari mengingat tapi menelaah bagian dari lalai .  Bersyukurlah atas ketidak puasan. Berterimakasihlah pada kerakusan. Sebab berkat dua hal itu manusia menikmati sensasi kehausan. Orang yang tidak berfikir merasa cukup hanya membaca kata "Bacalah". Menyudahi dengan mengabaikannya. Namun manusia berakal akan mengembangkan makna kata tunggal itu. Dia akan mencari kemungkinan-kemungkinan dengan segala macam tafsiran. Tidak cukup. Dia akan melebarkan tafsiran-tafsiran itu ke berbagai persepsi. . Sekian..😋✌️