AKU DAN DOSA BERPURA-PURA
ππππππππππππππ
Hati selalu bodoh menyimpan kebohongan sendirian!! Dia tak bisa memendam rahasia perasaan. Siapa yang membocorkan semuanya?
M. A. T. A. K. U
sungguh sebenarnya aku sangat tersiksa.
.
Ya Tuhan....
Jika aku mengingat jibril membelah dada Muhammad lalu di ambil hatinya, kemudian di basuh air surga, apa aku pantas berandai-andai atas peristiwa itu? Wahai malaikat, basuhlah segumpal darah di dadaku. Bila air surga terlalu jernih bagi manusia kelam sepertiku, maka bantulah aku merayu-rayu Tuhan demi hikmah dan hidayah. Sebab kalau bukan karena Allah, diriku ini sudah luluh lantah oleh kesakitan-kesakitan. Kalau sudah begitu, hancurlah aku.
.
Menahan air mata berlama-lama memang berimbas sesak. Namun apa boleh buat? Lagi-lagi aku dipaksa kuat. Jika kamu bertanya, apa benar sakitmu separah ini? Aku sendiri tak yakin. Sebab hasratku mencekat dalam hal menjahati. Buktinya, pernah suatu ketika seseorang menudingku dengan tuduhan-tuduhan keji. sumpah! Aku tak pernah melakukannya. Sampai kebenaran datang memberitahunya bahwa aku memang tidak bersalah. Beberapa lama setelah kebenaran itu terakui, dia kembali meminta bantuan. Nuraniku malah merangkulnya lewat senyuman. Aku sambut dia dengan tangan terbuka. Uh uh uh.... Baiknya diriku.....
Cuih! Sok baik.
Aku dan rasa tersayat ini bersekongkol membujuk sengit padanya. Bayangkan! Tiba-tiba harus tersenyum dalam kecewa. Harus asyik bercerita dalam luka. Apa-apaan ini? Terkungkung oleh kemunafikan spontanitas. Bahkan aku tak mampu mengenali. Apakah ini kejahatan tersembunyi atau proses keikhlasan hati.
Tak ada yang lebih parah dari fitnah!
Tapi juga tak ada kekuatan besar kecuali sabar--------
.
Adil.
Sangat manis bukan, ketika mendapat keadilan atas dasar kerelaan?. Namun apa yang terjadi padaku? melewati tentangan, tanpa boleh ada bantahan. Aku mengemis semiris-mirisnya. Demi hak, demi keinginan. Akhirnya belas kasihan lah yang aku dapatkan.
Aku marah. Marah!! Apa gunanya nyali bila ciut begini saat berhadapan langsung dengan keadaan?
pengecut!!
Pecundang!!
Atau aku hanya nrimo ing pandum.
.
Berpijak di tanah dilematis tidak ada enak-enaknya. Terlebih jadi penopang kesalahan. Kesalahan yang masa bodoh, berakar dari siapa. Aku dituntut ber lapang dada. Aku lah yang harus bertanggungjawab atas segalanya. Tapi aku sedikit bangga. Dalam hal ini, akhlakku lah yang lebih di percaya. Aku sendirian. Membiarkan mereka tertawa di sela-sela kesedihanku. Aku sadar. Ternyata tak banyak manusia mengerti manusia lainnya. Terutama, mereka yang hanya memikirkan rasa penasaran saja. Itu sebabnya aku tak berminat sembarang berbagi.
.
Mengapa aku jadi seperti ini?
Ini aku atau ilusiku?
Aku dan rasa terusik, di kejar dzolim, di ancam lalim. Apa yang sanggup aku perbuat? Memejamkan mata dan mengeluarkan air nya, ditengah malam. Dengan merapalkan istigfar sembari yakin, Tuhan pasti mengusap batinku. Innama'al 'usri yusro...
ππππππππππππππ
Hati selalu bodoh menyimpan kebohongan sendirian!! Dia tak bisa memendam rahasia perasaan. Siapa yang membocorkan semuanya?
M. A. T. A. K. U
sungguh sebenarnya aku sangat tersiksa.
.
Ya Tuhan....
Jika aku mengingat jibril membelah dada Muhammad lalu di ambil hatinya, kemudian di basuh air surga, apa aku pantas berandai-andai atas peristiwa itu? Wahai malaikat, basuhlah segumpal darah di dadaku. Bila air surga terlalu jernih bagi manusia kelam sepertiku, maka bantulah aku merayu-rayu Tuhan demi hikmah dan hidayah. Sebab kalau bukan karena Allah, diriku ini sudah luluh lantah oleh kesakitan-kesakitan. Kalau sudah begitu, hancurlah aku.
.
Menahan air mata berlama-lama memang berimbas sesak. Namun apa boleh buat? Lagi-lagi aku dipaksa kuat. Jika kamu bertanya, apa benar sakitmu separah ini? Aku sendiri tak yakin. Sebab hasratku mencekat dalam hal menjahati. Buktinya, pernah suatu ketika seseorang menudingku dengan tuduhan-tuduhan keji. sumpah! Aku tak pernah melakukannya. Sampai kebenaran datang memberitahunya bahwa aku memang tidak bersalah. Beberapa lama setelah kebenaran itu terakui, dia kembali meminta bantuan. Nuraniku malah merangkulnya lewat senyuman. Aku sambut dia dengan tangan terbuka. Uh uh uh.... Baiknya diriku.....
Cuih! Sok baik.
Aku dan rasa tersayat ini bersekongkol membujuk sengit padanya. Bayangkan! Tiba-tiba harus tersenyum dalam kecewa. Harus asyik bercerita dalam luka. Apa-apaan ini? Terkungkung oleh kemunafikan spontanitas. Bahkan aku tak mampu mengenali. Apakah ini kejahatan tersembunyi atau proses keikhlasan hati.
Tak ada yang lebih parah dari fitnah!
Tapi juga tak ada kekuatan besar kecuali sabar--------
.
Adil.
Sangat manis bukan, ketika mendapat keadilan atas dasar kerelaan?. Namun apa yang terjadi padaku? melewati tentangan, tanpa boleh ada bantahan. Aku mengemis semiris-mirisnya. Demi hak, demi keinginan. Akhirnya belas kasihan lah yang aku dapatkan.
Aku marah. Marah!! Apa gunanya nyali bila ciut begini saat berhadapan langsung dengan keadaan?
pengecut!!
Pecundang!!
Atau aku hanya nrimo ing pandum.
.
Berpijak di tanah dilematis tidak ada enak-enaknya. Terlebih jadi penopang kesalahan. Kesalahan yang masa bodoh, berakar dari siapa. Aku dituntut ber lapang dada. Aku lah yang harus bertanggungjawab atas segalanya. Tapi aku sedikit bangga. Dalam hal ini, akhlakku lah yang lebih di percaya. Aku sendirian. Membiarkan mereka tertawa di sela-sela kesedihanku. Aku sadar. Ternyata tak banyak manusia mengerti manusia lainnya. Terutama, mereka yang hanya memikirkan rasa penasaran saja. Itu sebabnya aku tak berminat sembarang berbagi.
.
Mengapa aku jadi seperti ini?
Ini aku atau ilusiku?
Aku dan rasa terusik, di kejar dzolim, di ancam lalim. Apa yang sanggup aku perbuat? Memejamkan mata dan mengeluarkan air nya, ditengah malam. Dengan merapalkan istigfar sembari yakin, Tuhan pasti mengusap batinku. Innama'al 'usri yusro...
Komentar